Cuaca ekstrem melanda wilayah Kota Malang, Jawa Timur pada Minggu (09/01) sore. Kondisi tersebut membuat sebuah musala di Jalan Terusan Sulfat Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing tersambar petir. Tak hanya musala, petir juga menyambar sejumlah rumah warga.
Seorang saksi mata bernama Misti mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 15.10 WIB. Saat kejadian, ia sedang wudhu di kamar mandi rumah.
“Saat itu, kondisi di wilayah ini sedang hujan gerimis. Tiba-tiba, ada suara ledakan cukup keras seperti suara bom. Bersamaan dengan suara itu, lampu kamar mandi rumah langsung pecah,” ujarnya.
Mendengar ledakan keras tersebut, ia pun memutuskan keluar rumah untuk mencari asal suara. Ternyata, ia melihat atap Musala Nur’Alim yang ada di samping rumahnya itu telah mengeluarkan percikan api
“Jadi di atap musala, muncul percikan api. Tak lama kemudian, percikan api itu padam langsung keluar asap,” tambah perempuan 58 tahun ini.
Usai melihat hal tersebut, dirinya pun sadar bahwa atap musala itu baru saja disambar petir. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
“Saat itu, di dalam musala berisi tiga orang, namun semuanya selamat. Hanya satu orang yang mengalami luka ringan di bagian kepala, yaitu imam musala yang bernama Gatot. Kemungkinan, lukanya tersebut karena terkena pecahan genteng atap musala,” ungkapnya.
Sementara itu, Nur’Alim Gatot Iswanto, imam musala, mengaku bahwa saat itu dirinya baru saja menunaikan adzan salat ashar.
“Usai adzan, saya salat sunnah pertama. Baru mau salat sunnah kedua, langsung ada suara letupan sangat keras. Setelah itu, saya pun merasa pikiran saya kosong,” terangnya.
Usai musala tersebut disambar petir, dirinya merasa mengalami luka di bagian kepala. “Saat bagian kepala dipegang, ternyata berdarah dan mengalami luka ringan. Cuma saya enggak tahu, luka itu berasal dari mana, apakah dari pecahan kaca ataupun pecahan genteng,” akunya.
Pria 55 tahun ini menambahkan, akibat kejadian tersebut, musala yang berada di tengah pemukiman padat penduduk itu mengalami kerusakan di bagian atap dan lampu gantung. Tidak hanya itu, speaker dan amplifier musala juga mengalami kerusakan.
“Bagian musala yang mengalami kerusakan adalah bagian atap dan lampu gantung. Termasuk, seluruh instalasi listrik yang ada di musala hingga menyambar amplifier,” tambahnya.
Akibat kerusakan musala itu, kerugian materi ditafsir sekitar Rp 50 juta. Sementara itu dari pantauan di lokasi, para warga telah bergotong royong membersihkan reruntuhan atap musala sekaligus memperbaikinya. Dan saat ini, musala tersebut masih ditutup sementara waktu karena kondisinya yang masih berbahaya.
Tak hanya musala, sambaran petir juga membuat 10 televisi milik warga sekitar musala mengalami kerusakan.
dikutip dari mnn.co.id